Jumat, 13 Maret 2015

MOTIVASI BELAJAR



Individu yang aktif melakukan sesuatu pasti ada yang mendasarinya, dan individu yang tidak mau melakukan pasti ada alasanya. Seperti dikatakan oleh McCown dkk. (1996) salah satu aspek orang melakukan sesuatu adalah adanya alasan mengapa ia melakukanya. Dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu disebut motif. Ada beberapa istilah lain yang sering ditukar dan tidak konsisten dalam pemakaianya yaitu motive, drive, dan needs (Edwards dan Scannell, 1969). Disini peneliti menggunakan istilah motif. Hersey dan Blanchard (1997) mengatakan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan, atau impuls. Tidak jauh berbeda dari pengertian di atas adalah yang dikatakan oleh Gerungan (1966) bahwa motif adalah meliputi semua penggerak (keinginan, dorongan, hasrat, alasan) dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Sorenson (1977) bahwa motif adalah fikiran (thought) atau perasaan (feeling) yang bekerja sebagai suatu drive dengan kekuatan besar untuk mendorong seseorang melakukan suatu tindakan tertentu dan bukan tindakan yang lainya pada suatu saat tertentu. Ahli lain, yait Grinder (1978) mengatakan motif adalah drive dari dalam diri individu yang menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perilkau ke arah tujuan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif ialah faktor internal yang ada dalam diri individu, yang merupakan kesiapsiagaan untuk melakukan suatu aktivitas guna mencapai suatu tujuan. Kesiapsiagaan tersebut bisa muncul oleh stimulasi internal maupun eksternal.

Menurut Chauhan (1978) motif dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
  1. physiological motives, yaitu motif-motif yang esensial bagi kelangsungan hidup organisme.
  2. social motives, yaitu motif yang dasarnya dari motif fisiologik kemudian muncul dan berkembang secara gradual sejala dengan pertambahan usia individu melalui interaksinya dengan lingkungan sosial, dan
  3. personal motives, yaitu motif khusus yang bersifat individual sesuai dngan struktur kepribadian masing-masing individu. Mengikuti pendapat Chauhan di atas, maka tindakan individu untuk mencapai tujuan tertentu dapat didasari oleh alasan-alasan fisiologik, sosial, dan personal.
 Motif dan motivasi merupakan istilah yang mirip atau sama, keduanya suatu faktor utama yang mempengaruhi dan merupakan kekuatan yang menyebabkan individu bertingkah laku (McClelland, 1987). Motivasi merupakan bentuk aktual, sedangkan motif lebih merupakan bentuk potensial (Heckhausen, 1968).
Hersey dan Blanchard (1977) mengatakan bahwa motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu. Apabila motif menjdi aktif maka muncul gerakan melakukan aktivitas mencapai tujuan sesuai dengan motifnya. Aktivitas mencapai suatu tujuan berdasar motifnya inilah yang disebut motivasi. Ada beberapa perngertian tentang motivasi, yang satu dengan yang lainnya secara substansial tidak berbeda, dan oleh karenaya perbedaan yang ada harus dipandang sebagai suatu yang positif, yaitu untuk menambah pemahaman tentang hakekat arti motivasi.
Menurut Bernard (dalam Chauhan, 1978) motivasi menunjuk pada semua fenomena yang ada dalam stimulasi terhadap suatu aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sebelumnya tidak ada atay sedikit aktivitas yang engarah pada pencapaian tujuan tersebut. Ahli lain, yaitu Atkinson (dalam Chauhan, 1978), mengatakan bahwa motivasi adalah pemunculan kecendrungan berbuat untuk menghasilkan satu atau lebih efek. Sedangkan Chauhan (1978) mengartikan motivasi sebagai suatu proses pemunculan gerakan dalam organisme. Gerakan tersebut dihasilkan dan siatur melalui pelepasan energi. Menurut Sorenson (1977) motivasi pada dasarnya tergantung pada need dan drives individu, yang mengahsilkan keinginan untuk berbuat. McCown, dkk. (1996) mengartikan motivasi sebagai suatu disposisi individu uang dicirikan oleh keinginan utnuk memulai melakukan sesuatu, melanjutkan keterlibatanya dalam neraktivitas, dan memiliki komitmen dalam periode periode waktu yang realtif lama. Seperti juga dikatakan Chauhan (1978) bahwa seseorang yang melakukan aktivitas berdasar motivitasi, memiliki ciri-ciri perilaku selektif, good oriented, dan persisten (jangka lama).
Slavin (1991) mengatakan bahwa motivasi memiliki intensitas dan arah, yang oleh Gage dan Berliner (dalam Slavin, 1991) intensitas motivasi dianalogikan sebagai mesin mobil dan arah motivasi dianalogikan sebagai kemudinya. Motif akan berubah menjadi motivasi apabila ada stimulasi, jika sumber stimulasinya berasal dari dalam diri individu maka motivasinya disebut motivasi intrinsik. Seperti dikemukakan oleh McCown dkk. (1996) motivasi intrinsik terjadi apabila individu melakukan aktivitas karena alasan-alsan internal, seperti kepuasan atau kesenangan dalam beraktivitas. Kepuasan dalam melakukan hal yang baru, rasa ingin tahu, atau memiliki minat pada objek, sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu karena alasan-alasan eksternal. Seperti untuk memperoleh credit points, agar mendapat pujian, dan sebagainya.
Kekuatan motivasi seseorang tidak tergantung pada stimulasi internal atau eksternal, tapi yang pasti persistensi motivasi ekstrinsik. Seperti dikemukakan oleh McCown dkk. (1996) intrinsik atau ekstrinsik motivasi seseorang akan membaw konsekunsi yang berbeda bagi kesinambungan motivasi tersebut. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan motivasi intrinsik akan dapat lebih lama bertahan dan terlibat dalam aktivitas tersebut, serta lebih memiliki komitmen terhadap aktivitas tersebut dari pada orang yang motivasinya ekstrinsik. Orang yang motivasinya ekstrinsik akan segera menghentikan kegiatanya apabila sumber motivasi yang berasal dari luar dirinya sudah tidak ada.
Beberapa teori motivasi yang secara relatif dapat menjelaskan perilaku motivasi secara lebih rinci adalah Maslow`S Hierarchy Of Needs, Expectancy Theory Of Moivation, Achievement Motivation Theory, Two Factor Theory, dan Theory X And Y dikemukakan pada uraian berikut.
1. Maslow`S Hierarchy Of Needs
Salah satu teori motivasi terkenal yang mendasarkan diri pada kebutuhan Manusia adalah yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, yaitu NeedsHierarchy Theory.
Maslow (dalam Chauhan, 1978) mengemukakan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh kebutuhan yang paling dominan pada saat itu. Orientasi perilaku individu terutama adalah pemenuhan kebutuhan yang paling dominan tersebut. Maslow menggolongkan kebutuhan manusia menjadi lima kelompok secara hierarkis, mulai dari kelompok kebutuhan yang paling rendah sampai pada kelompok yang paling tinggi.
Kelompok kebutuhan pada hirarkhi yang pertama, yaitu kebutuhan-kebutuhan fisiologik (physiological needs) yaitu kebutukan-kebutuhan dasar Manusia agar ia dapa survive, meliputi kebutuhan `pangan` (makan dan minum), `sandang` (pakaian), `papan` (runah), dan kebutuhan meneruskan keturunan. Kelompok kebutuhan kebutuhan rasa aman (safety needs), meliputi kebutuhan rasa aman dari sakit, rasa aman dari ancaman, aman dalam bekerja, aman berkeluarga, dsb. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang ketiga adalah kebutuhan sosial (elongingness and law needs), yaitu kebutuhan akan hubungan yang bermakna dengan orang lain, yang meliputi kebutuhan utnuk berinteraksi dan berafiliasi dengan orang lain, mencintai dan dicintai, rasa diterima oleh kelompok, rasa memiliki, rasa dibutuhkan oleh orang lain, dan sejenisnya. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang keempat adalah kebutuhan-kebutuhan akan rasa harga diri atau kebutuhanuntuk dihargai (esteem needs), yaitu meliputi penghargaan, pengakuan, pengakuan, status, prestise, kekuasaan, dsb. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang kelima yaitu kebutuhan yang hirarkhinya paling tinggi adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan atau memanifestasikan potensi-potensi positif secara optimal. Misalnya kalau ia seorang Siswa maka ia akan mengembangkan semua potensi yang ada untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh Guru bidang studi.
mengelompokan hirarkhi kebutuhan tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu deficiency needs, growth needs, dan self actualization needs. deficiency needs adalah kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia bagi kesehatan fisik dan psikisnya, growth needs adalah kebutuhan untuk mengetahui, menilai, dan mengerti sesuatu, dan self actualization needs adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi secar penuh.
Berdasar hirarkhi kebutuha manusia tersebut, lebih lanjut Maslow (dalam Chauhan, 1978; McCown dkk., 1996)diasumsikan bahwa orientasi peilaku atau motivasi seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan yang menduduki prioritas pertama untuk dipenuhi. Kalau kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan untuk dirinya dan keluarganya belum tercukupi, maka aktivitas-aktivitas yang bermuara pada diperolehnya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan dapat membangkitkan motivasinya, sedangkan kelompok kebutuhan yang hirarkhinya lebih tinggi menduduki prioritas yang lebih rendah. Selanjutnya apabila kelompok kebutuhan-kebutuhan fisiologik ini terpenuhi, maka orientasi perilaku dan motivasinya adalah berdasar pada pemenuhan kebutuhan yang hirakhinya satu tingkat di atasnya, yaitu kebutuhan rasa aman, Aman kesehatan dirinya dan keluarganya, aman dari ancaman terhadap kebutuhan fisiologik yang sudah dimilikinya, dsb. Kalau kebuituhan rasa aman ini terpenuhi maka perilaku motivasinya berorientasi pada kebutuhan sosial, dan seterusnya, sampai pada hirakhi kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
 
2. Expectancy Theory Of Moivation
Edwards dan kemudian Atkinson (dalam Slavin, 1991) mengembangkan teori motivasi yang didasarkan pada formula sebagai berikut:
 
 
Motivasi = Pekiraan sukses x nilai insentifnya kesuksesan
 
 
Formula di atas disebut sebagai Expectancy-Valance Model karena teori ini sepenuhya tergantung pada harapan-harapan seseorang terhadap reward (Feather, dalam Slavin, 1991). Apa yang dinyatakan oleh teori ini adalah bahwa motivasi seseorang utnuk mencapai seuatu tergantung pada produk atau hasil kali antara estimasi tentang taraf kemunkinan sukses apabila ia mengerjakan sesuatu itu dengan nilai yang akan diperoleh atas kesuksesan tersebut (nilai insentif kesuksesan). Bila seseorang Siswa misalnya, berfikir bahwa ia mampu berkompetisi dengan siswa yang lainya untuk menulis artikel yang baik, dan sekolah akan memberi penghargaan terhadap artikel yang baik sementara ia sendiri menilai penghargaan tersebut merupaka prestise tersendiri bagi siswa di sekolah, amak ia akan bekerja keras untuk membuat artikel yang baik (motivasi tinggi).
Satu aspek penting dari formula di atas adalah bahwa formula tersebut bersifat multiplikatif (Slavin, 1991), artinya apabila seseorang memperkirakan bahwa kemungkinan suksesnya tidak ada untuk mengerjakan sesuatu, sekalipun nilai insentif kesuksesanya tinggi bagi dirinya, maka motivasi untuk mengerjakannya tidak ada. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang emperkirakan bahwa kemungkinan suksesnya besar akan tetapi nilai insentif kesuksesanya tidak berarti bagi diriya, maka motivasi untuk mengerjakanya juga tidak ada.
Atkinson (dalam Slavin, 1991) menambahkan bahwa apabila seseorang yakin sekali bahwa ia akan berhasil dalam mengerjakan suatu tugas, hal ini dapat mengganggu motivasinya, karena ia tidak berusaha dengan kekuatan yang maksimal. Menurut Davidoff (1980) seseorang ang memiliki kemampuan yang tinggi dan self efficacy yang tinggi untuk dapat berhasil dalam mengerjakan sesuatu, tidak akan melakukan perbuatan tersebutapabila prasarana dan sarana tidak tersedia dan ia tidak melihat adanya insentif.
 
3. Achievement Motivation Theory
Menurut McClelland (Slavin, 1991; McCown, dkk. 1996) motivasi berprestasi (Achievement Motivation) adalah suatu keinginan atau kecendrungan untuk mengatasi hambatan atau perintang dan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit melalui kekuatan usaha. Motivasi berprestasi dapat memanifestasikan dirinya sebagai suatu sikap competitive dan willingness Untuk mengambil resiko tertentu.
Perilaku yang beorientasi kepada prestasi (Achievement-Oriented Behaviour) adalah perilaku yang berusaha untuk mencapai standard of excellency. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan tertarik pada pekerjaan yang mengandung tantangan bagi dirinya. Apabila ia memutuskan untuk mengerjakan sesuatu maka ia mengantisipasi hambatan-hambatan yang ada, strategi untuk melaksanakan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ada, strategi untuk melaksanakan dan mengatasi hambatan, serta konsekuensi dari strategi pelaksanaan tersebut. Karena orientasi hasil kerjanya adalah pada standard of excellency, maka sekalipun ia menyukai pekerjaan yang menantang ia tidak akan melakukan pekerjaan tersebut apabila menurut pertimbanganya ia akan gagal. Keberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang menantang merupakan reward yang bersifat intrinsik bagi mereka.
 
4. Two Factor Theory
Teori ini sebetulnya lebih merupakan teori yang menjelaskan tentang kepuasan manusia dalam bekerja. Namun teori ini dapat dipakai untuk menjelaskan motivasi seseorang, dengan asumsi bahwa kepuasan akan berpengauh positif terhadap motivasi orang tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Herzberg ini (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977), sesuai dengan namanya, terdiri atas dua faktor yaitu hygiene factors yang meliputi upah, rasa aman, status, kondisi kerja, hubungan kerja, dan sebagainya; dan satisfiers factors yang meliputi kemungkinan untuk maju dan berkembang, adanya tanggung jawab, pekerjaan yang menarik, pengakuan atas hasil kerja, dan sebagainya. Anatara kedua faktor tersebut tidak ada garis kontinum yang menghubungkanya, hygiene factors terpisah dari satisfiers factors. Artinya, orang yang tidak memiliki rasa tidak puas dalam kerja bukan berarti memiliki rasa puas dalam kerja.
Menurut Herzberg (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977), terpenuhinya factor-faktor dalam hygiene factors tidak akan menimbulkan kepuasan bagi individu akan tetapi rasa tidak puas mereka tidak ada. Individu baru merasa puas apabila faktor-faktoryang termasuk satisfiers factors terpenuhi. Contoh kongkritnya adalah pemberian nilai yang cukup tidak akan menimbulkan kepuasan pada individu siswa melainkan rasa tidak puas individu siswa hilang. Hal ini terjadi karena menurut Herzberg, pemberian nilai bukan etrmasuk dalam kelompok satisfiers factors, malainkan hygiene factors, yaitu faktor-faktor yang memang dibutuhkan untuk dapat bekerja secara sehat. Sebaliknya, apabila individu dalam bekerja dapat mencapai prestasi tinggi, mendapat pengakuan atas hasil kerjanya, pekerjaan yang ia lakukan menarik sehingga ia enjoy dalam bekerja, diberi tanggungjawab, dan ada peluang untuk maju dan berkembang dalam bekerja, maka individu akan memperoleh kepuasan dalam bekerja, karena faktor-faktor tersebut merupakan satisfiers factors. Jadi menurut teori ini pemuas di dalam bekerja bekerja berasal dari individu dan pekerjaan itu sendiri, dan bukan dari lingkungan fisik.
 
5. Theory X And Y
Teori yang dikemukakan oleh Douglass McGregor (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977) ini memandang hakekat Manusia dengan dua asumsi yang saling berlawanan. Asumsi teori x adalah bahwa pada dasarnya kebanyakan Manusia malas, tidak senang menerima tanggungjawab, lebih suka dikontrol dan diawasi dalam bekerja, dan tidak ingin kebebasan. Mereka akan termotivasi dalam bekerja apabila digunakan prinsip reward dan punishment dalam organisasi kerja, dilakukan pengawaan secar ketat atas kerjanya, diberi tugas-tugas yang jelas dan berstruktur. Berdasar uraian tersebut maka jelas bahwa individu yang sesuai dengan asumsi teori x ini motivasinya adalah ekstrinsik.
Asumsi teori y adalah bahwa pada hakekatnya Manuisa suka bekerja, kontrol terhadap diri sendiri adalah esensial, kebanyakan orang adalah kreatif dan self directed. Berdasar uraian di atas maka individu yang karakteristiknya sesuai dengan asumsi teoriy y ini motivasinya adalah intrinsik.
Berdasar atas teori-teori motivasi yang diuraikan di atas, maka motivasi individu untuk melakukan sesuatu didasari oleh dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol (Maslow`S Hierarchy Of Needs), diperolehnya faktor-faktor yang menjadi pemuas kerja (Two Factor Theory), karakteristik individu yang bersangkutan (Theory X And Y), adanya tantangan dan reward intrinsik dalam bekerja(Achievement Motivation Theory), dan adanya harapan untuk sukses dan nilai insentif atas kesuksesan, serta tersedianya fasilitas yang diperlukan (Expectancy Theory Of Moivation). Kalau faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja tersebut dikelompokan berdasar elemen-elemen organisasi kerja, maka terdapat tiga sumber motivasi kerja, yaitu yang berasal dari individu, dari hakekat pekerjaan itu sendiri, dan dari institusi beserta lingkunganya.
 
Lebih spesifik lagi Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagaian besar dorongan sekunder yang dipelajari Manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut atau anxiety. Mereka juga menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar individu harus want something (menginginkan sesuatu), notice something (mengenali sesuatu), do something (mengerjakan sesuatu), dan get something (mendapatkan sesuatu).
Hal tersebut di atas yang kemudian diuraikan menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive, cue, respon, dan reinforcement. Drive adalah stimulus dari dalam organisme yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatanya. Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkanya, semakin kuat drivesnya, semakin keras usaha yang akan dihasilkanya. Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya, jenis dan kekuatan cue sangat bervariasi, dan variasi reaksi itu menentukan bagaimana reaksi terhadapnya. Respons adalah aktivitas yang dilakukan individu, suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, dan respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Misalnya anak tidak akan mulai belajar membaca sampai dia nyata-nyata mulai mencoba membaca. Dalam situasi tetentu, suatu stimulus menimbulka respon-respon yang berurutan, belajar akan menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu, dan akan diganti dengan resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapkan. Reinforcement atau consequence dari tingkah laku, ini juga sering didefinisikan sebagai Drive reduction (pereda dorongan).

0 komentar:

Posting Komentar