Jumat, 13 Maret 2015

10 Muharrom



`Berharap Hidayah Ilahi Robbi`

musa adalah orang paling beruntung saat ini, beliau dapat lari dari kepungan pasukan fir`aun dan para tentaranya. cara yang dilakukan juga terkesan tidak biasanya, yaitu dengan melewati lautan --laut merah-- yang terbelah dengan sentuhan tongkatnya. kejadian ini kini sangat menggigilkan tiga kelompok besar penerima tugas-tugas Ilahiyah, Islam, Nasrani, dan Yahudi. ketiga kelompok agama memperingati kejadian tersebut dengan berpuasa pada hari itu.
peringatan yang telah berabaf-abad lalu dilakukan memanifestasikan gerombolan-gerombolan agama itu terus bersikeras memperebutkan kekuasaan preogratif di daerah masjid Aqsho dan sekitarnya, bahkan sampai kini dapat kita lihat polemik tentang ketegangan otot tersebut. Israel sebagai lambang negara Yahudi menginjak negara palestina yang dikondisikan sebagai semut kecil yang tak patut hidup sejajar dengan manusia lainya.

`peringatan puasa 10 asyuro` ditekankan bagi Muslim dan diletakkan sebagai puasa dengan derajat kedua setelah puasa Romadlon, karena anggapan bahwa Islam lebih berhak tehadap peringatan itu dibandingkan gerombolan agama lainya`.
secara naluriah manusia sering terjebak pada hal-hal yang bersifat materi, perebutan masjid aqsho adalah hal besar yang dapat ditengarahi sebagai perebutan materi yang gagah dan penuh janji-janji kedamaian, padahal gak banget kan?? namun saling tusukl menusuk ego semakin kentara, bahkan ada yang bilang bahwa dengan masjid aqsho ada dalam kekuasaan kita, maka akan meninggikan gengsi agama yang menguasai.
entahlah, esensi seakan hanya bayang-bayang materi, esensi tak banyak disadari, malah banyak manusia yang kehilangan esensi karena mempeributkan hal-hal yang bersifat `materi` dari orang lain, lucu banget kan, padahal mau jungkir balik gimanapun rasa spritual --keimanan-- tidak selalu berhubungan dengan keindahan dan kejelekan materi.
so.., boleh perang
dan teruslah menghujamkan bom untuk tembok-tembok yang mengganggu..
jikalau kau tetap menuhankan Materi sebagai penggiringmu...!
lantas beranjaklah...
karena menyadari bahwa tidak kekuatan kecuali darinya.. butuh waktu...
pelan-pelanlah melangkah, karena SUNGGUH --jika kita mencoba sadar diri-- bila didasari semangat TAUHID (mengesakan Dia) tidak ada suatupun yang cukup etis kita banggakan.
terima kasih Muhammad kau telah menuntunku memahami bahwa penyerahan diri adalah kesuksesan yang tiada tara... terima kasih Muhammad dan segenap tentara-tentaraMu. penghargaan tertinggi untukMu dari aku yang selalu mengharapkan kecupanMU, cup!

Getir


Ku seharusnya tahu apa itu film basic insting..
aku melonjak saat psikoanalisa mengganggu pada banyak pribadi
aku selalu terkacaukan oleh orang lain, membuatku menangis, dan ternyata rasanya sulit memerankan diri menjadi manusia rasanya aku ingin jadi malaikat saja, agar tidak usah mikir

kuhilangkan kepenatan sejenak berkumpul dengan bini karena peran juga turut menentukan apa yang biasa dilakukan, bawaan orok mungkin..

Waktu kuproyeksikan dengan menyibukan pada hal yang tak terlalu berguna
aku desak untukberpikir positif dengan peranku
dan tak pelak kukeluarkan trik agar manusia lain penasaran terhadapku, meski rada narsis tentunya
kujemput lagi pemahaman diriku and say `i need talk to u, call my phone!`meski dengan pura-pura tidak membutuhkan kutedengi lagi dengan kegiatan yang tak patut kuhiraukan untuk memahami apa yang sebenarnya kurasakan kuakui kalo aku amatiran, bahkan sampai karya yang kupublikasikan
aku sedikit mengganggunya dengan menggelitik nalurinya.

Kutegaskan dengan sungguh bahwa aku butuh dia sebagai manusia bukan itu (materi dari kegiatanya) sedikit kugelitik lagi dia dengan secercah guyonan, karena kutahu dia juga simpatik dengan keadaan diriku kegelitik lagi dia i say `udah kelar merenungnya telpon aku dong!`
kugugah dia untuk menulis, karena aku benar-benar butuh dia, dan kucoba menulis meski dengan kelelahan otak, karena aku dipaksa dengan tulisan yang realistis dan produktif.. sungguh itu mengganggu RASA dan kutawarkan obat saat kutahu dia dah kleppar-klepper karenaku
lagi-lagi kubuat bom tuk mengusik agar tulisanya lebih realistis, tambah sakitlah aku...
emang kusadari aku sekali waktu aku ramah, waktu yang lain kulabrak dia dengan penilaian kalo dia bertelel dia balik ngebom dengan mencercah soal yang tak kumengerti, karena aku suka dengan kepribadianya kucambuk dia karena yang kubutuhkan dibalasnya dengan air tuba
kutampakan diriku kalo aku sang filosof, sang Pemikir, Si Lincah, tepatnya orang yang suka ngebom orang lain dengan sekehendak nalurinya

Kutampakan simpatiku dengan menanyakan keadaanya, kubilang `BOSAN` penyakit yang sering dikumandangkan saat-saat tertentu, dan kebanyakan manusia tidak menyadari akan datang dan perginya perasaan itu. bahkan beragam penelitian keilmuan
biarkan waktu teruslah berlalu..
mencintaimu penuh dengan rasa sabar
cintaku begitu besar padamu
namun kau tak pernah bisa merasaknya!!!



bosan biasanya terjadi saat individu tidak mendapatkan respon yang humanistik dari orang lain, sikap, perkataan, atau bahkan karena lirikan mata. Stimulus-Respon (SR) sangat bergantung tentang keadaan individu masing-masing, tersenyum akan menjadi bencana bagi individu lain yang sedang dirudung musibah, dan kadang gertakan menjadi pujian bagi individu yang sangat mengidolakan si penggertak. begiatulah ada kemudian asumsi bahwa `pecinta` tidak dapat lagi melihat kebajikan berkostum putih, dan tidak menyadari baju hitam sebagai simbol keterpurukan.
paham keilmuan kini mulai menyadari bahwa kehidupan Manusia tidak mementingkan ilmu yang meluas tanpa memperhatikan kehidupan (budaya dan sosial) lokal kemasyarakatan. menteri Dinas Pendidikan bergegas dan serius untuk membawa kehidupan pelajar lebih mengenal lingkungaan sekitarnya --tentunya masih proses yang banyak kendala--, terbukti dengan membumingnya bantuan-bantuan untuk proses `lokal`isme tersebut.
Bukan hanya kaum intelek yang menyadari bahwa kehidupan lokal akan lebih memberi manfaat yang praktis dari pada terus berkutat pada globalisasi pemasaran. dapat dilihat dari iklan juga mulai sumringah dengan dialektika sosial yang lebih memasyarakat, meski cenderung tidak akrab dan lebih menimbulkan bahaya life style individu.

MOTIVASI BELAJAR



Individu yang aktif melakukan sesuatu pasti ada yang mendasarinya, dan individu yang tidak mau melakukan pasti ada alasanya. Seperti dikatakan oleh McCown dkk. (1996) salah satu aspek orang melakukan sesuatu adalah adanya alasan mengapa ia melakukanya. Dorongan yang ada pada diri seseorang untuk melakukan sesuatu disebut motif. Ada beberapa istilah lain yang sering ditukar dan tidak konsisten dalam pemakaianya yaitu motive, drive, dan needs (Edwards dan Scannell, 1969). Disini peneliti menggunakan istilah motif. Hersey dan Blanchard (1997) mengatakan motif adalah kebutuhan, keinginan, dorongan, atau impuls. Tidak jauh berbeda dari pengertian di atas adalah yang dikatakan oleh Gerungan (1966) bahwa motif adalah meliputi semua penggerak (keinginan, dorongan, hasrat, alasan) dalam diri seseorang yang menyebabkan ia berbuat sesuatu. Pendapat yang lain dikemukakan oleh Sorenson (1977) bahwa motif adalah fikiran (thought) atau perasaan (feeling) yang bekerja sebagai suatu drive dengan kekuatan besar untuk mendorong seseorang melakukan suatu tindakan tertentu dan bukan tindakan yang lainya pada suatu saat tertentu. Ahli lain, yait Grinder (1978) mengatakan motif adalah drive dari dalam diri individu yang menimbulkan, mempertahankan, dan mengarahkan perilkau ke arah tujuan.
Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa motif ialah faktor internal yang ada dalam diri individu, yang merupakan kesiapsiagaan untuk melakukan suatu aktivitas guna mencapai suatu tujuan. Kesiapsiagaan tersebut bisa muncul oleh stimulasi internal maupun eksternal.

Menurut Chauhan (1978) motif dapat dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu:
  1. physiological motives, yaitu motif-motif yang esensial bagi kelangsungan hidup organisme.
  2. social motives, yaitu motif yang dasarnya dari motif fisiologik kemudian muncul dan berkembang secara gradual sejala dengan pertambahan usia individu melalui interaksinya dengan lingkungan sosial, dan
  3. personal motives, yaitu motif khusus yang bersifat individual sesuai dngan struktur kepribadian masing-masing individu. Mengikuti pendapat Chauhan di atas, maka tindakan individu untuk mencapai tujuan tertentu dapat didasari oleh alasan-alasan fisiologik, sosial, dan personal.
 Motif dan motivasi merupakan istilah yang mirip atau sama, keduanya suatu faktor utama yang mempengaruhi dan merupakan kekuatan yang menyebabkan individu bertingkah laku (McClelland, 1987). Motivasi merupakan bentuk aktual, sedangkan motif lebih merupakan bentuk potensial (Heckhausen, 1968).
Hersey dan Blanchard (1977) mengatakan bahwa motivasi adalah kemauan untuk berbuat sesuatu. Apabila motif menjdi aktif maka muncul gerakan melakukan aktivitas mencapai tujuan sesuai dengan motifnya. Aktivitas mencapai suatu tujuan berdasar motifnya inilah yang disebut motivasi. Ada beberapa perngertian tentang motivasi, yang satu dengan yang lainnya secara substansial tidak berbeda, dan oleh karenaya perbedaan yang ada harus dipandang sebagai suatu yang positif, yaitu untuk menambah pemahaman tentang hakekat arti motivasi.
Menurut Bernard (dalam Chauhan, 1978) motivasi menunjuk pada semua fenomena yang ada dalam stimulasi terhadap suatu aktivitas tertentu untuk mencapai suatu tujuan yang sebelumnya tidak ada atay sedikit aktivitas yang engarah pada pencapaian tujuan tersebut. Ahli lain, yaitu Atkinson (dalam Chauhan, 1978), mengatakan bahwa motivasi adalah pemunculan kecendrungan berbuat untuk menghasilkan satu atau lebih efek. Sedangkan Chauhan (1978) mengartikan motivasi sebagai suatu proses pemunculan gerakan dalam organisme. Gerakan tersebut dihasilkan dan siatur melalui pelepasan energi. Menurut Sorenson (1977) motivasi pada dasarnya tergantung pada need dan drives individu, yang mengahsilkan keinginan untuk berbuat. McCown, dkk. (1996) mengartikan motivasi sebagai suatu disposisi individu uang dicirikan oleh keinginan utnuk memulai melakukan sesuatu, melanjutkan keterlibatanya dalam neraktivitas, dan memiliki komitmen dalam periode periode waktu yang realtif lama. Seperti juga dikatakan Chauhan (1978) bahwa seseorang yang melakukan aktivitas berdasar motivitasi, memiliki ciri-ciri perilaku selektif, good oriented, dan persisten (jangka lama).
Slavin (1991) mengatakan bahwa motivasi memiliki intensitas dan arah, yang oleh Gage dan Berliner (dalam Slavin, 1991) intensitas motivasi dianalogikan sebagai mesin mobil dan arah motivasi dianalogikan sebagai kemudinya. Motif akan berubah menjadi motivasi apabila ada stimulasi, jika sumber stimulasinya berasal dari dalam diri individu maka motivasinya disebut motivasi intrinsik. Seperti dikemukakan oleh McCown dkk. (1996) motivasi intrinsik terjadi apabila individu melakukan aktivitas karena alasan-alsan internal, seperti kepuasan atau kesenangan dalam beraktivitas. Kepuasan dalam melakukan hal yang baru, rasa ingin tahu, atau memiliki minat pada objek, sedangkan motivasi ekstrinsik terjadi apabila individu melakukan sesuatu karena alasan-alasan eksternal. Seperti untuk memperoleh credit points, agar mendapat pujian, dan sebagainya.
Kekuatan motivasi seseorang tidak tergantung pada stimulasi internal atau eksternal, tapi yang pasti persistensi motivasi ekstrinsik. Seperti dikemukakan oleh McCown dkk. (1996) intrinsik atau ekstrinsik motivasi seseorang akan membaw konsekunsi yang berbeda bagi kesinambungan motivasi tersebut. Seseorang yang melakukan sesuatu dengan motivasi intrinsik akan dapat lebih lama bertahan dan terlibat dalam aktivitas tersebut, serta lebih memiliki komitmen terhadap aktivitas tersebut dari pada orang yang motivasinya ekstrinsik. Orang yang motivasinya ekstrinsik akan segera menghentikan kegiatanya apabila sumber motivasi yang berasal dari luar dirinya sudah tidak ada.
Beberapa teori motivasi yang secara relatif dapat menjelaskan perilaku motivasi secara lebih rinci adalah Maslow`S Hierarchy Of Needs, Expectancy Theory Of Moivation, Achievement Motivation Theory, Two Factor Theory, dan Theory X And Y dikemukakan pada uraian berikut.
1. Maslow`S Hierarchy Of Needs
Salah satu teori motivasi terkenal yang mendasarkan diri pada kebutuhan Manusia adalah yang dikemukakan oleh Abraham Maslow, yaitu NeedsHierarchy Theory.
Maslow (dalam Chauhan, 1978) mengemukakan bahwa motivasi seseorang untuk melakukan sesuatu ditentukan oleh kebutuhan yang paling dominan pada saat itu. Orientasi perilaku individu terutama adalah pemenuhan kebutuhan yang paling dominan tersebut. Maslow menggolongkan kebutuhan manusia menjadi lima kelompok secara hierarkis, mulai dari kelompok kebutuhan yang paling rendah sampai pada kelompok yang paling tinggi.
Kelompok kebutuhan pada hirarkhi yang pertama, yaitu kebutuhan-kebutuhan fisiologik (physiological needs) yaitu kebutukan-kebutuhan dasar Manusia agar ia dapa survive, meliputi kebutuhan `pangan` (makan dan minum), `sandang` (pakaian), `papan` (runah), dan kebutuhan meneruskan keturunan. Kelompok kebutuhan kebutuhan rasa aman (safety needs), meliputi kebutuhan rasa aman dari sakit, rasa aman dari ancaman, aman dalam bekerja, aman berkeluarga, dsb. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang ketiga adalah kebutuhan sosial (elongingness and law needs), yaitu kebutuhan akan hubungan yang bermakna dengan orang lain, yang meliputi kebutuhan utnuk berinteraksi dan berafiliasi dengan orang lain, mencintai dan dicintai, rasa diterima oleh kelompok, rasa memiliki, rasa dibutuhkan oleh orang lain, dan sejenisnya. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang keempat adalah kebutuhan-kebutuhan akan rasa harga diri atau kebutuhanuntuk dihargai (esteem needs), yaitu meliputi penghargaan, pengakuan, pengakuan, status, prestise, kekuasaan, dsb. Kelompok kebutuhan hirarkhi yang kelima yaitu kebutuhan yang hirarkhinya paling tinggi adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri (self actualization needs), yaitu kebutuhan untuk mengekspresikan atau memanifestasikan potensi-potensi positif secara optimal. Misalnya kalau ia seorang Siswa maka ia akan mengembangkan semua potensi yang ada untuk memenuhi tugas-tugas yang diberikan oleh Guru bidang studi.
mengelompokan hirarkhi kebutuhan tersebut ke dalam tiga kategori, yaitu deficiency needs, growth needs, dan self actualization needs. deficiency needs adalah kebutuhan-kebutuhan dasar yang dibutuhkan manusia bagi kesehatan fisik dan psikisnya, growth needs adalah kebutuhan untuk mengetahui, menilai, dan mengerti sesuatu, dan self actualization needs adalah kebutuhan untuk mengembangkan potensi secar penuh.
Berdasar hirarkhi kebutuha manusia tersebut, lebih lanjut Maslow (dalam Chauhan, 1978; McCown dkk., 1996)diasumsikan bahwa orientasi peilaku atau motivasi seseorang adalah untuk memenuhi kebutuhan yang menduduki prioritas pertama untuk dipenuhi. Kalau kebutuhan akan pangan, sandang, dan papan untuk dirinya dan keluarganya belum tercukupi, maka aktivitas-aktivitas yang bermuara pada diperolehnya kebutuhan-kebutuhan tersebut akan dapat membangkitkan motivasinya, sedangkan kelompok kebutuhan yang hirarkhinya lebih tinggi menduduki prioritas yang lebih rendah. Selanjutnya apabila kelompok kebutuhan-kebutuhan fisiologik ini terpenuhi, maka orientasi perilaku dan motivasinya adalah berdasar pada pemenuhan kebutuhan yang hirakhinya satu tingkat di atasnya, yaitu kebutuhan rasa aman, Aman kesehatan dirinya dan keluarganya, aman dari ancaman terhadap kebutuhan fisiologik yang sudah dimilikinya, dsb. Kalau kebuituhan rasa aman ini terpenuhi maka perilaku motivasinya berorientasi pada kebutuhan sosial, dan seterusnya, sampai pada hirakhi kebutuhan yang paling tinggi, yaitu aktualisasi diri.
 
2. Expectancy Theory Of Moivation
Edwards dan kemudian Atkinson (dalam Slavin, 1991) mengembangkan teori motivasi yang didasarkan pada formula sebagai berikut:
 
 
Motivasi = Pekiraan sukses x nilai insentifnya kesuksesan
 
 
Formula di atas disebut sebagai Expectancy-Valance Model karena teori ini sepenuhya tergantung pada harapan-harapan seseorang terhadap reward (Feather, dalam Slavin, 1991). Apa yang dinyatakan oleh teori ini adalah bahwa motivasi seseorang utnuk mencapai seuatu tergantung pada produk atau hasil kali antara estimasi tentang taraf kemunkinan sukses apabila ia mengerjakan sesuatu itu dengan nilai yang akan diperoleh atas kesuksesan tersebut (nilai insentif kesuksesan). Bila seseorang Siswa misalnya, berfikir bahwa ia mampu berkompetisi dengan siswa yang lainya untuk menulis artikel yang baik, dan sekolah akan memberi penghargaan terhadap artikel yang baik sementara ia sendiri menilai penghargaan tersebut merupaka prestise tersendiri bagi siswa di sekolah, amak ia akan bekerja keras untuk membuat artikel yang baik (motivasi tinggi).
Satu aspek penting dari formula di atas adalah bahwa formula tersebut bersifat multiplikatif (Slavin, 1991), artinya apabila seseorang memperkirakan bahwa kemungkinan suksesnya tidak ada untuk mengerjakan sesuatu, sekalipun nilai insentif kesuksesanya tinggi bagi dirinya, maka motivasi untuk mengerjakannya tidak ada. Demikian pula sebaliknya, jika seseorang emperkirakan bahwa kemungkinan suksesnya besar akan tetapi nilai insentif kesuksesanya tidak berarti bagi diriya, maka motivasi untuk mengerjakanya juga tidak ada.
Atkinson (dalam Slavin, 1991) menambahkan bahwa apabila seseorang yakin sekali bahwa ia akan berhasil dalam mengerjakan suatu tugas, hal ini dapat mengganggu motivasinya, karena ia tidak berusaha dengan kekuatan yang maksimal. Menurut Davidoff (1980) seseorang ang memiliki kemampuan yang tinggi dan self efficacy yang tinggi untuk dapat berhasil dalam mengerjakan sesuatu, tidak akan melakukan perbuatan tersebutapabila prasarana dan sarana tidak tersedia dan ia tidak melihat adanya insentif.
 
3. Achievement Motivation Theory
Menurut McClelland (Slavin, 1991; McCown, dkk. 1996) motivasi berprestasi (Achievement Motivation) adalah suatu keinginan atau kecendrungan untuk mengatasi hambatan atau perintang dan menyelesaikan tugas-tugas yang sulit melalui kekuatan usaha. Motivasi berprestasi dapat memanifestasikan dirinya sebagai suatu sikap competitive dan willingness Untuk mengambil resiko tertentu.
Perilaku yang beorientasi kepada prestasi (Achievement-Oriented Behaviour) adalah perilaku yang berusaha untuk mencapai standard of excellency. Individu yang mempunyai motivasi berprestasi tinggi akan tertarik pada pekerjaan yang mengandung tantangan bagi dirinya. Apabila ia memutuskan untuk mengerjakan sesuatu maka ia mengantisipasi hambatan-hambatan yang ada, strategi untuk melaksanakan dan mengatasi hambatan-hambatan yang ada, strategi untuk melaksanakan dan mengatasi hambatan, serta konsekuensi dari strategi pelaksanaan tersebut. Karena orientasi hasil kerjanya adalah pada standard of excellency, maka sekalipun ia menyukai pekerjaan yang menantang ia tidak akan melakukan pekerjaan tersebut apabila menurut pertimbanganya ia akan gagal. Keberhasilan dalam menyelesaikan pekerjaan yang menantang merupakan reward yang bersifat intrinsik bagi mereka.
 
4. Two Factor Theory
Teori ini sebetulnya lebih merupakan teori yang menjelaskan tentang kepuasan manusia dalam bekerja. Namun teori ini dapat dipakai untuk menjelaskan motivasi seseorang, dengan asumsi bahwa kepuasan akan berpengauh positif terhadap motivasi orang tersebut.
Teori ini dikemukakan oleh Herzberg ini (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977), sesuai dengan namanya, terdiri atas dua faktor yaitu hygiene factors yang meliputi upah, rasa aman, status, kondisi kerja, hubungan kerja, dan sebagainya; dan satisfiers factors yang meliputi kemungkinan untuk maju dan berkembang, adanya tanggung jawab, pekerjaan yang menarik, pengakuan atas hasil kerja, dan sebagainya. Anatara kedua faktor tersebut tidak ada garis kontinum yang menghubungkanya, hygiene factors terpisah dari satisfiers factors. Artinya, orang yang tidak memiliki rasa tidak puas dalam kerja bukan berarti memiliki rasa puas dalam kerja.
Menurut Herzberg (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977), terpenuhinya factor-faktor dalam hygiene factors tidak akan menimbulkan kepuasan bagi individu akan tetapi rasa tidak puas mereka tidak ada. Individu baru merasa puas apabila faktor-faktoryang termasuk satisfiers factors terpenuhi. Contoh kongkritnya adalah pemberian nilai yang cukup tidak akan menimbulkan kepuasan pada individu siswa melainkan rasa tidak puas individu siswa hilang. Hal ini terjadi karena menurut Herzberg, pemberian nilai bukan etrmasuk dalam kelompok satisfiers factors, malainkan hygiene factors, yaitu faktor-faktor yang memang dibutuhkan untuk dapat bekerja secara sehat. Sebaliknya, apabila individu dalam bekerja dapat mencapai prestasi tinggi, mendapat pengakuan atas hasil kerjanya, pekerjaan yang ia lakukan menarik sehingga ia enjoy dalam bekerja, diberi tanggungjawab, dan ada peluang untuk maju dan berkembang dalam bekerja, maka individu akan memperoleh kepuasan dalam bekerja, karena faktor-faktor tersebut merupakan satisfiers factors. Jadi menurut teori ini pemuas di dalam bekerja bekerja berasal dari individu dan pekerjaan itu sendiri, dan bukan dari lingkungan fisik.
 
5. Theory X And Y
Teori yang dikemukakan oleh Douglass McGregor (dalam Wexley dan Yukl, 1977 dan Hersey dan Blanchard, 1977) ini memandang hakekat Manusia dengan dua asumsi yang saling berlawanan. Asumsi teori x adalah bahwa pada dasarnya kebanyakan Manusia malas, tidak senang menerima tanggungjawab, lebih suka dikontrol dan diawasi dalam bekerja, dan tidak ingin kebebasan. Mereka akan termotivasi dalam bekerja apabila digunakan prinsip reward dan punishment dalam organisasi kerja, dilakukan pengawaan secar ketat atas kerjanya, diberi tugas-tugas yang jelas dan berstruktur. Berdasar uraian tersebut maka jelas bahwa individu yang sesuai dengan asumsi teori x ini motivasinya adalah ekstrinsik.
Asumsi teori y adalah bahwa pada hakekatnya Manuisa suka bekerja, kontrol terhadap diri sendiri adalah esensial, kebanyakan orang adalah kreatif dan self directed. Berdasar uraian di atas maka individu yang karakteristiknya sesuai dengan asumsi teoriy y ini motivasinya adalah intrinsik.
Berdasar atas teori-teori motivasi yang diuraikan di atas, maka motivasi individu untuk melakukan sesuatu didasari oleh dorongan untuk memenuhi kebutuhan yang paling menonjol (Maslow`S Hierarchy Of Needs), diperolehnya faktor-faktor yang menjadi pemuas kerja (Two Factor Theory), karakteristik individu yang bersangkutan (Theory X And Y), adanya tantangan dan reward intrinsik dalam bekerja(Achievement Motivation Theory), dan adanya harapan untuk sukses dan nilai insentif atas kesuksesan, serta tersedianya fasilitas yang diperlukan (Expectancy Theory Of Moivation). Kalau faktor-faktor yang menimbulkan motivasi kerja tersebut dikelompokan berdasar elemen-elemen organisasi kerja, maka terdapat tiga sumber motivasi kerja, yaitu yang berasal dari individu, dari hakekat pekerjaan itu sendiri, dan dari institusi beserta lingkunganya.
 
Lebih spesifik lagi Dollard dan Miller menyimpulkan bahwa sebagaian besar dorongan sekunder yang dipelajari Manusia, dipelajari melalui belajar rasa takut atau anxiety. Mereka juga menyimpulkan bahwa untuk bisa belajar individu harus want something (menginginkan sesuatu), notice something (mengenali sesuatu), do something (mengerjakan sesuatu), dan get something (mendapatkan sesuatu).
Hal tersebut di atas yang kemudian diuraikan menjadi empat komponen utama belajar, yakni drive, cue, respon, dan reinforcement. Drive adalah stimulus dari dalam organisme yang mendorong terjadinya kegiatan tetapi tidak menentukan bentuk kegiatanya. Kekuatan drives tergantung kekuatan stimulus yang memunculkanya, semakin kuat drivesnya, semakin keras usaha yang akan dihasilkanya. Cue adalah stimulus yang memberi petunjuk perlunya dilakukan respon yang sesungguhnya, jenis dan kekuatan cue sangat bervariasi, dan variasi reaksi itu menentukan bagaimana reaksi terhadapnya. Respons adalah aktivitas yang dilakukan individu, suatu respon dikaitkan dengan suatu stimulus, dan respon itu harus terjadi terlebih dahulu. Misalnya anak tidak akan mulai belajar membaca sampai dia nyata-nyata mulai mencoba membaca. Dalam situasi tetentu, suatu stimulus menimbulka respon-respon yang berurutan, belajar akan menghilangkan beberapa respon yang tidak perlu, dan akan diganti dengan resultant hierarchy yang lebih efektif mencapai tujuan yang diharapkan. Reinforcement atau consequence dari tingkah laku, ini juga sering didefinisikan sebagai Drive reduction (pereda dorongan).

Absurditas


Penalaran romantis kaum seni-intelektual
Menghujat Khilafah guna memunculkan kreasi, empati, toleransi, dan Cinta
 
 
 
Peace, emphaty, and love adalah kekuatan yang semakin kuat tuk didengungkan menjadi faktor pencetus karya-karya kreatif yang menyejahterakan titipan Ilahiyah,
bukan lagi depresi dan keterpaksaan dalam menjalankan kehidupan.
Ingat...: nyali kita khusus pelayanan di atas ranjang, bukan untuk gembel religi!!!
 
Absurditas sangat kental dan menempel pada penalaran individu pembela Manusia,
Absurditas tidak dapat dipisahkan dari alim-ulama` lugu yang `demen` ama kopi, rokok, senggama, dan buku-buku suci,
Dan absurditas adalah kepribadian kaum pendamba kreasi romantisme dan sabun mandi.
Oooh, jangan tutupi wajahmu dengan kain jubah yang kotor,
Jangan jinjing celanamu karena kecongkaan,
Jenggotmu sangat mengganggu kepribadian orang lain
Damailah kawan, karena tergesa-gesa adalah implus dari syaithan...
Bersahabatlah, meski dengan kaum agamawan tradisional yang bau celetong...
Karena Agama tidak sesemangat yang kau ketahui sekarang..
Bukalah kitab-kitab salafiMu...
Aku kasihan...
aku simpatik...
dan aku bingung pada sikapmu yang selalu membawa jargon agama sebagai BodyGuard..
karena agama yang kau bawa adalah agamaku juga..
ISLAM adalah agama yang lurus saudaraku.. jangan kau bengkokan!
Carilah ILMU..
Karena AGAMA adalah bagi orang yang berakal
bagi Orang yang tidak berilmu, maka tidak ada agama baginya
 
Agus sulthoni Imami, S.Psi
Manusia Islam, sarjana psikologi yang dianggap skizofrenia karena kePe-Deannya
 
Bibirmu ingin selalu kulumat...Fitri
Tanpa batas dia atau mereka,
karena kita memang ngga` cukup punya uang untuk beli selimut atau boking kamar hotel
 
`hei kawan pemegang moral.. silahkan anda meratap penuh nafsu dan kejengkelan`,
lantas berdaulatlah kalo kalian emang hobi borong sabun mandi dan suka ngabisin air PDAM, Seingatku, mal-mal bangunan tinggi di sale `celana dalam` dengan price murah diselingi bonus dua telor manusia yang siap muncrat setiap pembelian 1 sachet product.
 
Dengan sadar kuucapkan bahwa aku berbeda dengan kalian, aku adalah ilmuwan lugu yang ngga` suka pakai `kampes` (celana dalam), aku juga seorang pendamba free seks di tanah lapang,

Implus itu menyakitkan.. kendalikanlah



Gangguan Pengendalian Impuls
Individu dengan pengendalian implus memiliki cirri-ciri berikut: pertama, individu tidak dapat menahan suatu implus, dorongan, atau godaan untuk melakukan suatu tindakan yang berbahaya bagi diri mereka sendiri atau orang lain. Individu mungkin secara disadari atau tidak disadarimenentang implus dan mungkin merencanakan atau tidak merencanakan tindakan tersebut. kedua, sebelum melakukan tindakan, mereka merasakan ketegangan atau rangsangan yang meningkat. Ketiga, saat melakukan tindakan, individu dengan gangguan ini merasakan kesenangan, kegembiraan, atau pelepasan. Tindakan adalah ego-sintonik yaitu sejalan dengan harapan sadar pasien yang segera. Segera setelah tindakan, pasien mungkin merasakan penyesalan yang murni, mencela diri sendiri, atau rasa bersalah, atau mungkin tidak merasakanya.
Enam kategori ganggua pengendalian implus yaitu gangguan eksplosif intermiten, kleptomania, berjudi patologis, trikotilomania, dan gangguan pengendalian implus yang tidak dapat ditentukan. Penyebab gangguan pengendalian implus adalah tidak diketahui, tetapi faktor psikodinamika dan psikososial tampak berinteraksi untuk menyebabkan gangguan. Gangguan mungkin memiliki mekanisme neurobiologis dasar yang sama.
FAKTOR PSIKODINAMIKA
Suatu implus adalah suatu kecenderungan untuk bertindak, untuk menurunkan ketegangan yang meningat yang disebabkan oleh dorongan instinktual yang telah dibangun atau oleh menurunya pertahanan ego terhadap dorongan. Gangguan pengendalian implus memiliki suatu usaha untuk melewati (by pass) pengalaman gejala yang mengganggu atau afek yang menyakitkan dengan berusaha bertindak pada lingkungan. Penelitian yang sering penulis telaah, dapat ditengarahi para peneliti menengarahi bahwa perilaku implusif adalah berhubungan dengan super ego yang lemah dan struktur ego yang lemah berhubungan dengan trauma psikis akibat kerugian di masa anak-anak (atau salah satu tugas perkmabnagn sebelumnya).
Hal ini dapat dilihat dari pendapat Otto Fenichel yang menghubungkan perilaku implusif dengan usaha untuk menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek yang menyakitkan lainya melalui tindakan. Ia lebih lanjut berpendapat bahwa tindakan tersebut merupakan pertahanan terhadap bahaya internal dan tindakan tersebut dapat menghasilkan pemuasan agresif atau seksual yang menyimpang. Bagi pengamat sikap atau sosial, gangguan atau perilaku implusif mungkin tampak rakus dan ingin tahu, tetapi sebenarnya berhubungan dengan pemulihan dari rasa sakit.
Banyak bentuk masalah pengendalian implus –termasuk kleptomania, berjudi, dan beberapa perilaku parifilia—berhubungan dengan rasa diri yang tidak lengkap. Ini berawal dari pengamatan bahwa jika diri tidak menerima respon yang mengakui dan menegaskan dari orang lain yang mereka cari dari persahabatan bermakna dalam kehidupan mereka, diri mungkin terpecah. Sebagai cara menghadapi fragmentasi tersebut dan untuk mendapatkan kembali rasa keutuhan atau keterpaduan diri, individu tersebut melakukan perilaku implusif yang tampak bagi orang lain sebagai merusak diri sendiri.
Perilaku implusif atau menyimpang adalah suatu cara dimana anak berharap mendapakan kembali hubungan materal primitif. Perilaku implusif adalah sikap yang penuh harapan diamana anak masih mencari kasih sayang dan cinta dari ibunya, bukan sikap yang menunjukan menyerah untuk mendapatkannya. Hal ini kemudian beberapa ahli terapi menekankan fiksasi pada stadium oral dari perkembangan. Individu berusaha menguasai kecemasan, rasa bersalah, depresi, dan afek menyakitkan lainya dengan melakukan tindakan tersebut yang ditujukan untuk mendapatkan pemulihan bahkan jarang berhasil kendatipun secara sementara.
FAKTOR BIOLOGIS
Penemuan neurotransmitter akhir-akhir ini mengilhami ilmuwan memusatkan segala jenis gangguan dengan kemungkinan keterlibatan faktor organik dalam gangguan pengendalian implus, khususnya bagi individu dengan perilaku yang jelas kasar. Neurosains telah menunjukan bahwa daerah otak tertentu, seperti sistem limbik, adalah berhubungan dengan aktivitas implusif dan kasar, selain juag daerah otak lainya yang berhubungan dengan inhibisi perilaku tersebut. Hormon tertentu, khususnya testoteron, telah dihubungkan denagn perilaku kasar dan agresif.
Gejala gangguan pengendalian implus mungkin akan terus ditemukan sampai masa dewasa individu yang diklasifikasikan sebagai penderita gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas di masa anak-anaknya. Defisiensi mental seumur hidup , epilepsi, dan bahkan sindroma otak yang reversibel telah lam dilibatkan dalam hilangnya pengendalian implus.
Pada beberapa gangguan pengendalian implus, pertahanan ego terlampaui tanpa patologi sistem saraf yang aktual. Kelelahan, stimulasi yang tidak henti-henti, dan trauma psikis dapat menurunkan daya tahan dan secara sementara menghentikan kontrol ego.
--Maaf... dari pendapat ini, sholat lima waktu sangat rasional sekali kan???--
FAKTOR PSIKOSOSIAL
Beberapa ilmuwan telah menekankan pentingnya aspek psikososial dari gangguan, seperti pperistiwa kehidupan awal. Model yang tidak tepat untuk identifikasi dan tokoh orang tua yang sendirinya sulit untuk mengendalikan implus juga semestinya dilibatkan. Di samping itu, faktor parental tertentu seperti kekerasan di rumah, penyalahhgunaan alkohol, promiskuitas, dan kecenderungan anti sosial diperkirakan penting.
Kilasan secara khusus tentang gangguan yang termasuk dari gangguan Pengendalian Implus adalah sebagai berikut:
1. Gangguan Eksplosif Intermiten
Gangguan eksplosif intermiten ditemukan pada individu yang memiliki episode kehilangan kendali implus agresif, yang menyebabkan penyerangan yang serius atau merusak barang-barang. Derajat agresivitas yang diekspresikan adalah jelas di luar proporsi terhadap tiap stresor yang mungkin membantu mendatangkan episode. Gejala yang dapat digambarkan adalah individu melakukan serangan atau serbuan, tampak dalam beberapa menit atau jam, dan terlepas dari durasinya, menghilang spontan dan cepat. Masing-masing episode biasanya diikuti oleh penyesalan atau pencelaan diri yang murni.
Disiplin keilmuan psikologi biasa mendiagnosis Gangguan eksplosif intermiten harus didapatkan dari penggalian riwayat penyakit yang mengungkapkan beberapa episode kehilangan kendali yang disertai oleh serangan agresif, karena ditengarahi episode tunggal yang tersendiri tidak membenarkan diagnosis. Riwayat penyakit biasanya masa kanak-kanak dengan ketergantungan alkohol, kekerasan, dan ketidakstabilan emosional. Pekerjaan klien adalah buruk, klien melaporkan kehilangan pekerjaan, kesulitan perkawinan, dan masalah dengan hukum. Sebagian besar telah mencari bantuan psikiatrik di masa sebelumnya, namun tidak bermanfaat. Tingkat kecemasan, rasa bersalah, dan depresi berat biasanya ditemukan setelah suatu episode.
Diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dapat dibuat hanya setelah menyingkirkan gangguan yang kadang-kadang berhubungan dengan kehilangan kendali, seperti gangguan psikotik, perubahan kepribadian karena kondisi medis umum, gangguan kepribadian antisosial atau ambang, gangguan konduksi, dan intosikasi dengan zat psikoaktif.
Hal ini dapat dibedakan antara Gangguan eksplosif intermiten dan gangguan kepribadian anti sosial dan ambang, karena pada gangguan kepribadian, agresivitas dan implusivitas adalah bagian dari karakter individu dan ditemukan di antara episode serangan. Sedangkan skizofrenia paranoid dan katatonik, individu mungkin menunjukan perilaku kasar sebagai respon terhadap waham dan halusinasi, dan individu memiliki gangguan yang jelas dalam tes relitas. Individu manik yang bersikap bermusuhan mungkin agresif secara implusif, tetapi diagnosis dasar biasanya jelas dari pemeriksaan status mental dan presentasi klinisnya.
Dari diskusi di atas, diagnosa Gangguan eksplosif intermiten, gangguan epilepsi, tumor otak, penyakit degeneratif, dan gangguan endokrin harus dipertimbangkan dan disingkirkan, demikian juga intoksikasi akut dengan zat tertentu seperti alkohol, halusinogen, dan amfetamin. Kriteria diagnosis Gangguan eksplosif intermiten dalam DSM-IV adalah sebagai berikut:
· Beberapa episode terpisah kegagalan untuk menahan implus agresif yang menyebabkan penyerangan yang serius atau menghancurkan barang-barang.
· Derajat agesivitas yang diekspresikan selama episode adalah jelas diluar proporsi stresor psikososial yang mencetuskanya.
· Episode agresif tidak dapat diterangkan lebih baik oleh gangguan mental lain (misalnya, gangguan kepribadian anti sosial, gangguan kepribadian ambang, gangguan psikotik, episode manik, gangguan konduksi, atau gangguan defisit-atensi/hiperaktivitas (ADD/ADHD), dan bukan afek fisiologis langsung dari suatu zat (misalnya obat yang salah digunakan), atau kondisi medis umum (misalnya, trauma kepala, penyakit Alzheimer)
Terapi menggunakan kombinasi pendekatan psikoterapi dan farmakologi memiliki kesempatan berhasil yang terbaik. Psikoterapi pada klien adalah sulit, berbahaya, dan seringkali tidak ada ganjaranya, karena ahli terapi psikis lebih banyak mengalami kesukaran dengan trsferensi-balik dan batas-batas lingkungan. Psikoterapi kelompok mungkin memberikan suatu bantuan, demikian juga terapi keluarganya, khususnya jika individu eksplosif adalah seorang remaja atau dewasa awal.

Makna tragedi manusia


Teror Asin:
`qumtu..qumna..
qumta..qumti..qumtuma..qumtunna..qumtum..
qoma..qoomat..qooma..qoomuu..qumna..`
Apa yang patut dibanggakan, jika kehidupan ditaqdirkan untuk ke-fana-an?
Bagaimana harus menyikapi hidup, bila hidup adalah sia-sia?
Apakah yang harus dilakukan, jika dunia ini tidak mempunyai makna?
Keberhasilan itu terus berlangsung, berkembang searah dengan masalahnya sendiri. Kita harus dapat menerima keanehan kondisi kita, karena sebuah kehormatan bagi individu –semestinya juga menjadi kebahagiaan—menerima dengan besar hati hasrat yang ditanam dalam dirinya untuk memperoleh kejelasan di tengah ketidakrasionalan, kartena kita harus yakin bahwa mengungkap tragedi kehidupan akan membuahkan banyak kegembiraan.
Individu dengan absurditas akhirnya akan terbebas dari beban untuk memberikan ketentraman, lepas dari tututan untuk memberikan makna dan harapan, mencipta tanpa rambu-rambu ideologis, karena seni (hidup) tanpa tujuan bukan berarti seni tanpa kegembiraan. Selanjutnya tiada hal yang lebih asing bagi seniman absurd (individu yang berkutat akan makna hidup) kecuali kepasrahan, dengan mengetahui dan menghendaki agar tidak berguna, seniman absurd dapat memuncak pada gagasan pemberontakan, pada kegembiraan hidup. Lebih lanjut yang dapat kita petik dari kaum seniman absurd adalah jika individu sadar akan kekacauan dirinya memanifestasikan manusia menjadi tragis, tetapi bukan murung.
 Biarpun hati manusia ditakdirkan dicabik-cabik rajawali, hukuman ilahi itu ada baiknya, karena manusia telah mencuri sesuatu dari milik dewa. Haruslah dibayangkan sisifus --sebutan bagi seniman absurd—bangga dengan pemikiran lebih sederhana yang berasal dari kolaborasi akal sehat dan simpatik, sehingga dialektika ilmiah dan klasik harus disingkirkan untuk memberikan tempat pada pemikiran yang lebih sederhana tersebut. Dengan ini sisifus berpendapat bahwa tindakan bunuh diri berawal dari keheningan hati, seperti juga perumusan awal sebuah karya besar! Asinya kehidupan terdapat dalam hati individu masing-masing, maka disitulah kita harus mencari…!!!
kemana kita akan berlabuh?
kemana saja jalan membawa kita, bersembunyilah dalam kegelapan!

global warming


Efek rumah kaca, lelehnya lautan es antartika, dan terbakarnya hutan terjadi secara alamiah, namun pengeksposan tragedi tersebut sangat kental dengan muatan politik. manusia telah terlalu sibuk memikirkanya, namun juga membuat tertawa sebagian orang –birokrat– dengan keuntungan yang diperoleh dari isu global warming. lantas, bagaimana seyogyanya psikolog –yang nota bene paling mengerti tentang kejiwaan– bersikap menanggapi landingnya isu global warming yang sangat mengkhawatirkan kehidupan? berharap dunia tidak musnah adalah hal yang sangat menyakitkan, karena kemusnahan bagi kehidupan adalah senyawa yang tak mungkin bisa dipisahkan.

global warming hanya sebagian isu cobaan yang telah dirasakan atau tidak pernah dirasakan oleh segelintir manusia, karena dia masih kerepotan dengan kebutuhan-kebutuhan fisiknya. serentak orang tertawa terbahak mengelu-elukan kemenanganya meraih lelehan banjir memasuki rumah, gerombolan orang sumringah menatap anaknya lunglai tidak dapat masuk sekolah karena gempa yang dahsyat di lingkunganya, serumpun petani juga tersenyum lega melihat cabainya tidak dapat membesar seperti musim tanam sebelumnya. tangisan tersedu-sedu juga nampak di setiap lorong masyarakat negara-negara adi kuasa meratapi sahmnya meningkat di dunia perdagangan internasional, sang produsen juga menunduk lesu melihat negaranya semakin mewah dan kaya akan rumah kaca, negara-negara utara pingsan melihat negaranya bisa berdansa menindih negara-negara selatan yang masih saja makan singkong.

berbaliklah… seperti ungkapan kalimat berbaliknya rasa individu menghadapi tragedi riil kehidupan, karena si pemakan singkong tetap saja tersenyum, dan si pemilik hotel berbintang menangis tersedu karena isu rumah kaca yang mereka cetuskan sendiri. dengan lantang psikolog tidak akan pernah berpihak pada kemitraan global pimpinan negara-negara utara, karena singkong, kopi, rokok, dan tasbih telah dapat memuaskan dirinya untuk kemenangan hari esok.

jalani semua dengan apa adanya.. biarlah waktu bicara bawa takdirnya

kaya orang ga punya hutang kan?
`HA..HA..HA.. Heh..`
Tertawapun semakin hari makin tak terbendung, aku hidup senang dalam ketidaksadaran. Perjalanan hidup kujalani tanpa beban, namun hidup yang sedemikian penuh kekacauan, orang kebanyakan membidiku seperti manusia `gila` dan tidak akan pernah dicintai oleh manusia lain.
Sejak kecil aku adalah manusia penyendiri yang tak butuh dengan siapapun, lambat laun aku suka kesendirian, aku bias tidur pulas, makan ga makan aku tetap jadi aku, satu hal yang perlu diingat.. suasana sendiri melayangkan kinerja semua neuron otaku berlipat ganda –pikiran kotor sekalipun--.
Kupaksakan tidak berdamai dengan orang lain, kuteguhkan diri untuk tetap menyendiri bermaksud mencipta karya agung. Aku larut dalam kekacauan, aku malas makan, aku sungkan tidur, I Hate Love, Narkoba aku muak, yang jelas Fuck in world. Hancur semua, meski Planning yang kukerjakan berhasil, namun aku masih putus asa berada pada kefanaan.
Raut wajah –meski tak disadari—jauh lebih tua dibandingkan umurku yang masih bau kencur. Aku seakan tak punya kehidupan lagi, dunia kanak-kanak kulewati dengan tekanan, sweet young kuhardik dengan keterpaksaan, jadi tetua disaat umurku masih ingusan, lantas apa yang akan kupikirkan? Aku ingin beraktivitas damai dalam hidup sesuai rentetan perkembanganku, namun pemikiran otak sudah terlanjur mendahului di depan, `oh god…, what should I do then?`
Entah tanggal berapa.., hidupku yang plin-plan, awut-awutan, tak teratur, nakal, brutal dalam berfikir –namun aku suka--, kini telah hangus dan aku harus semaksimal mungkin beradaptasi dengan dunia baru.. yaitu dunia dimana ke-laki-lakian mulai gundah dengan datangnya lawan jenis. Dunia seakan penuh kasih saying, dunia menampakan perhatian dan pengertianya, dunia mulai berbagi denganku. Akh.. banyak lagi sebutan untuk duniaku yang baru ini, namun dalam persepsiku dunia baruku adalah dunia yang penuh pengekangan dan absolutnya aturan-aturan dengan memagari gertak hati dalam kebebasan. Sekarang aku mulai kangen, aku berani bercengkrama dengan lawan jenis yang menjadi tumpuanku, kali ini.. aku percaya pada audiom `full love in the world`, thanks wanita.. kalian bisa membawaku ke alam yang benar-benar lain dari sebelumnya.
Awal mula aku canggung meniti hidup baruku, tiap waktu aku memaksa untuk dapat memperhatikan wajah yang ada di dalam foto. `ketidak teraturan` telah berubah menjadi budak yang taat pada ucapan manis wanita. Sempat kusadarai bahwa cinta telah membunuh semua yang ada, kesendirianku kini berubah ceria, khayalanku mulai tertuju pada satu obyek, tidurku mulai terganggu dengan lesung pipi kananya, mekar mata wanita membinasakan ide-ide yang telah kulatih bertahun-tahun yang lalu. Keadaanku tambah kacau kini, blind tak beraturan, namun aku berharap dapat mengikuti alur cerita kehidupan yang kini kujalani.
Getar hati bertambah putih kini, meski detak jantung menggeliat saat merenunginya. Sulit untuk mengungkapkan perasaan my soul, yang mampu kulakukan hanya berbisik dan tak pernah lelah memuji wanita. Sampai kini aku masih belum bias menentukan mana jalan yang seyogyanya kutempuh; Ide cemerlang tanpa wanita.. atau kemolekan wanita dengan sedikit ide?`, kuyakin dalam mimpi kita masing-masing akan berkata `saya menyesal tanpa kemolekan wanita`. salam

seni mengolah rasa


sebagaimana rasanya gula itu manis, dan cabe rasanya pedas. RASAKANLAH
status sosial adalah momok yang sangat mengejutkan manusia, kinerja penuh aturan adalah salah satu belenggu membinasakan diri, kedua alasan tersebut mungkin cukup untuk dijadikan alasan kenapa individu sibuk dan selalu membingungkan jati dirinya. `rasa` mestinya dapat memanipulasi kepenatan hidup, dan membuat kebahagiaan terhadap melakukan aktivitas
seni sebagai daya kreatifitas diri untuk membuat potensi --rasa-- yang dimiliki menjadi lebih lumrah untuk dimiliki, lebih jelasnya `ga ada lagi kejenuhan, kebosanan interaksi, dan pemahaman diri tanpa banyak tuntutan untuk menjadi diri yang lebih`. seni memanifestasikan manusia lebih bisa mengelola secara sadar apa yang dia harapkan, apa tujuan, dan tahu apa yang mesti dilakukan untuk keceriaan sementara, tanpa tedeng aling-aling atau tembok raksasa yang menghalangi.

tembok sering diartikan hanya pelarian si penat pada kepuasan spiritnya, si penat ingin hidup dengan pengawasan `tentara kebaikan` dan memusuhi `maling kebejatan`. padahal harus dipahami (memakai alur berpikir terbalik), bahwa bisa saja suatu waktu tembok yang mereka buat --secara sadar atau dogmatis-- tersebut beralih fungsi manjdi berkawan dengan syaitan dan memusuhi malaikat, karena manusia adalah individu yang bergerak dengan taming naluriah dan jiwa. hal ini harus disadari terlebih dahulu dan dipatok sebagai modal menusia untuk dapat melompat riang melewati rintangan dengan daya kreatifitas seni tentunya.
sungguh.. manusia awal mula diciptakan dalam kesusahan, tidak dapat dipungkiri bahwa kehidupan penuh dengan kepenatan, dan`penat` tidak menghiraukan manusia secara status ekonomi, sosial bahkan dalam lingkup Agama. hanya daya keilmuan saja yang dapat meminimalisir --bukan menghilangkan-- kepenatan yang setiap waktu mengintai. `i had my self and i want to die` sebuah ungkapan bagaimana manusia tidak sanggup menghadapi kepenetan hidupnya.
dari sekian banyak dialektika manusia, mayoritas manusia sadar secara naluriah bahwa pelarian harus dilakukan, hal ini yang kemudian menggugah otak menusia untuk menentukan tembok-tembok kehidupanya. ada sebuah kelumrahan pelarian yang sering manusia pakai sebagai yaitu pelarian pada yang lebih tua, pada hal yang lebih agung, entah itu berbentuk insan yang ditugaskan sebagai orang tua, guru, bahkan Tuhan. namun tidak menuntut kemungkinan manusia juga berlari pada hal-hal yang rendah dan menjijikan.
berlarilah!
tentukan obyek pelarianmu
dan terjanglah tembok-tembok penghalang
lantas tersenyumlah bermesraan dengan objekMU
buat semua iri melihatmu, dan jangan segan-segan mengaplikasikanya
karena naluri Manusia bisa memilih
good luck!